Jumat, 04 April 2014

erosiq



·         Dimana potensi tanah longsor pada koridor cibadak pelabuhan ratu ?

Sesuai  Pemetaan lokasi rawan longsor diatas bahwa lokasi bencana longsor terkonsentrasisecara signifikan di wilayah selatan pada jalur pengunungan selatan (cianjur selatan, sukabumi, pelabuhan ratu) dan wilayah bagian timur pada jalur bogor . karena wilayah- wilayah tersebut termasukdalam satuan geomorfologi perbukitan landai hingga terjal dengan kemiringan lebih besar dari 150 .
menurut Sampurno (1976), dalam hubungannya dengan kondisi geologi daerah jawa barat, untuk daerah rawan longsor koridor cibadak pelabuhan ratu yaitu jalur antara pelabuhan ratu dengan jalur suka bumi yaitu daerah warungciara, disebabkan perbedaan permeabilitas konsistensi batuan/ tanah dengan batuan dasarnya ; umumnya terdapat pada batas antara batuan tufa gunung api muda dengan batuan sedimen tersier
·         Dominasi factor apakah yang cenderung berpengaruh besar..?
Menurut Lili Soemantri, longsor disebabkan oleh tiga penyebab utama yaitu:
1.      factor dakhil , penyebab longsor lahan meliputi kedalaman pelapukan batuan, struktur geologi ( tekhnik dan jenis batuanya), tebal solum tanh, tekstur tanha dan permabilitas tanah.
2.      factor luardari suatu medan, penyebab longsor dadalah kemiringan lereng, banyaknya dinding terjal, kerapatan torehan dan penggunaan lahan.
3.      factor pemicu antara lain tebal curah hujan dan gempa bumi serta kondisi vegetasi.
untuk daerah pelabuhan ratu factor penyebab longsor yang paling dominan yaitu kondisi geologis, kemiringan lereng dan curah hujan. untuk kondisi geologisnya dan geomorfologisnya daerah pelabuhan ratu terapit oleh barisan pengunungan selatan. susunan batuan pada jalur pengununggan selatan didominasi oleh batu pasir dan batu lempung serta tanah pelapukannya yang merupakan endapan sedimen marin terangkat, dan kondisi geologis berupa batuan yang lepas – lepas dan topografi yang landai yaitu dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15 %, merupakan dua factor yang amat menonjol dalam proses tanah longsor di cibadak pelabuhan ratu. bilamana hujan turun diatas normal maka kondisi rawan ini berubah menjadi sangat kritis dan dapat menimbulkan tanah longsor.
·         Bagaimana hubungan pola pemukiman penduduk  terhadap kecendrungan resiko tanah rawan longsor..?
Hubungan pola pemukiman penduduk terhadap kecendrungan resiko tanah rawan longsor yaitu : Penelitian mengenai longsor akan mennghasilkan peta potensi tanah rawan longsor , yang akan menjadi acuan dinas taata ruang wilayah untuk mennghindari pembangunan di wilayah rawan longsor, karena akan berdampak buruk. karena pada saat sebelum mendirikan pemukiman pada lereng pegunungan  maka terlebih dahulu lahan yang tadinya ditutupi oleh vegetasi di babat dan dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengagalian tanah. yang mana kesemua jalan itu semakin member jalan terhadap terjadinya longsor.
Ø  Mekanisme longsor
Di alam, tanah dan batuan umumnya berada dalam keadaan setimbang. Artinya keadaan distribusi tegangan pada tanah atau batuan tersebut dalam keadaan mantap. Apabila pada tanah atau batuan tersebut dilakukan kegiatan penggalian, penimbunan, erosi, atau aktivitas lain, sehingga menyebabkan keseimbangannya terganggu, maka tanah atau batuan tersebut akan berusaha untuk mencapai keseimbangan baru dengan cara pengurangan beban dalam bentuk longsoran (Made, 1995). Pembuatan geometri lereng dengan dimensi tertentu yang dilakukan dalam aktivitas penggalian tambang terbuka adalah merupakan gangguan terhadap keseimbangan yang bisa menyebabkan terjadinya kelongsoran. Bentuk dari gangguan tersebut merupakan proses dari gerakan tanah atau batuan mulai dari rayapan (creep) sampai longsoran (failure) (Made, 1995).
Berikut mekanisme longsor yang disebabkan oleh beberapa factor :
1.      bahan induk atau factor geologi
factor geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanha adalah struktur geologi,sifat batuan, hilangnya perekat tanah karena prose salami ( pelarutan ), dan gempa bumi . struktur geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah kontak batuan dasar dengan pelapukan batuan, retakan atau rekahan, perlapisan batuan dan patahan. zona patahan merupakan zona lemah yang mengakibatkan kekuatan batuan berkurang sehingga menimbulkan banyak retakan yang memudahkan air meresap.

1

Fenomena sebab akibat
Meluncurnya tanah pada lereng dan bebatuan sebgai akibat getaran-getaran yang terjadi secara alami, perubahan-perubahan secara langsung kandungan air, hilangnya dukungan yang berdekatan, pengisian beban, pelapukan, atau manipulasi manusia terhadap jalur-jalur air dan komposisi lereng.
2
Karakteristik umum
Tanah longsor berbeda-beda dalam tipe gerakannya (jatuh, meluncur, tumbang, menyebar ke samping, mengalir), dan mungkin pengaruh-pengaruh sekundernya adalah badai yang kencang, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Tanah longsor lebih menyebar dibandingkan dengan kejadian geologi lainnya.
3
Bisa diramalkan
Frekuensi kemunculannya, tingkat, dan konsekuensi dari tanah longsor bisa diperkirakan dan daerah-daerah yang beresiko tinggi ditetapkan dengan penggunaan informasi pada area geolog, geomorphologi, hidrologi, & klimatologi dan vegetasi.
4
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap kerentanan

Tempat tinggal yang dibangun pada lereng terjal, tanah yang lembek, puncak batu karang.
Tempat hunian yang dibangun pada dasar lereng yang terjal, pada mulut-mulut sungai dari lembah-lembah gunung.
Jalan-jalan, jalur-jalur komunikasi di daerah-daerah pegunungan. Bangunan dengan pondasi lemah.
Jalur-jalur pipa yang ditanam, pipa-pipa yang mudah patah.
Kurangnya pemahaman akan bahaya tanah longsor.

5
Pengaruh-pengaruh umum yang merugikan
Kerusakan fisik- Segala sesuatu yang berada di atas atau pada jalur tanah longsor akan menderita kerusakan. Puing-puing bisa menutup jalan-jalan, jalur komunikasi atau jalan-jalan air. Pengaruh-pengaruh tidak langsung bisa mencakup kerugian produktifitas pertanian atau lahan-lahan hutan, banjir, berkurangnya nilai property. Korban –kematian terjadi karena runtuhnya lereng. Luncuran puing-puing yang hebat atau aliran Lumpur telah membunuh beribu-ribu orang.
6
Tindakan pengurangan resiko yang memungkinkan

Pemetaan bahaya
Legislasi dan peraturan penggunaan bahaya
Asuransi


2.      Struktur tanah
Jenis tanah sangat menentukan terhadap potensi erosi dan longsor. Tanah yang gembur karena mudah melalukan air masuk ke dalam penampang tanah akan lebih berpotensi longsor dibandingkan dengan tanah yang padat (massive) seperti tanah bertekstur liat (clay). Hal ini dapat terlihat juga dari kepekaan erosi tanah. Nilai kepekaan erosi tanah (K) menunjukkan mudah tidaknya tanah mengalami erosi, ditentukan oleh berbagai sifat fisik dan kimia tanah. Makin kecil nilai K makin tidak peka suatu tanah terhadap erosi. (Sitorus, 2006). Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaa. sebaliknya , pada tanah bersolum dangkal, struktur padat dan penutupan lahan kurang rapat hanya sebagaian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebagaian besar menjadi aliran permukaan.
dalam hal kekritisan stabilasasi lereng menurut saptohartono (2007) pada intensitas hujan yang sama (127,4 mm/jam), tekstur tanah pasir cenderung lebih cepat mencapai kondisi kritis sekitar 0.023 jam, dibandingkan tekstur tanha lempung 0,03 jam dan tanah liat sekitar 0,08 jam setelah terjadi hujan.
                        Tabel 2. Klasifikasi Kedalaman Tanah
No.
Kriteria
Nilai (cm)

1
Sangat dangkal
<25

2
Dangkal
50-25

3
Sedang
50-90

4
Dalam
>90



3.      Lereng
Menurut Karnawati (2001), kelerengan menjadi faktor yang sangat penting dalam proses terjadinya tanah longsor. Pembagian zona kerentanan sangat terkait dengan kondisi kemiringan lereng. Kondisi kemiringan lereng lebih 15º perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan bencana tanah longsor dan tentunya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Namun tidak selalu lereng atau lahan yangmiring berbakat atau berpotensi longsor. potensi terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lerengnya, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup, dan penggunaan lahan pada lereng tersebut.
Lebih jauh Karnawati (2001) menyebutkan terdapat 3 tipologi lereng yang rentan untuk bergerak/ longsor, yaitu :
·         Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah gembur dialasi oleh batuan atau tanah yang lebih kompak.
·         Lereng yang tersusun oleh pelapisan batuan miring searah lereng.
·         Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan.
Kemantapan suatu lereng tergantung kapada gaya penggerak dan gaya penahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang berusaha untuk membuat lereng longsor, sedangkan gaya penahan adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahan ini lebih besar daripada gaya penggerak, maka lereng tersebut tidak akan mengalami gangguan atau berarti lereng tersebut mantap (Das, 1993; Notosiswojo dan Projosumarto, 1984 dalam Mustafril, 2003).


4.      Vegetasi
Menurut Sitorus (2006), vegetasai berpengaruh terhadap aliran permukaan, erosi, dan longsor melalui (1) Intersepsi hujan oleh tajuk vegetasi/tanaman, (2) Batang mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kanopi mengurangi kekuatan merusak butir hujan, (3) Akar meningkatkan stabilitas struktur tanah dan pergerakan tanah, (4) Transpirasi mengakibatkan kandungan air tanah berkurang. Keseluruhan hal ini dapat mencegah dan mengurangi terjadinya erosi dan longsor.
Tanaman mampu menahan air hujan agar tidak merembes untuk sementara, sehingga bila dikombinasikan dengan saluran drainase dapat mencegah penjenuhan material lereng dan erosi buluh (Rusli, 2007).
Selanjutnya menurut Rusli (1997), keberadaan vegetasi juga mencegah erosi dan pelapukan lebih lanjut batuan lereng, sehingga lereng tidak bertambah labil. Dalam batasan tertentu, akar tanaman juga mampu membantu kestabilan lereng. Namun, terdapat fungsi-fungsi yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh tanaman dalam mencegah longsor.
5.      Hujan
Karnawati (2003) menyatakan salah satu faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor adalah air hujan. Air hujan yang telah meresap ke dalam tanah lempung pada lereng akan tertahan oleh batuan yang lebih kompak dan lebih kedap air. Derasnya hujan mengakibatkan air yang tertahan semakin meningkatkan debit dan volumenya dan akibatnya air dalam lereng ini semakin menekan butiran-butiran tanah dan mendorong tanah lempung pasiran untuk bergerak longsor. Batuan yang kompak dan kedap air berperan sebagai penahan air dan sekaligus sebagai bidang gelincir longsoran, sedangkan air berperan sebagai penggerak massa tanah yang tergelincir di atas batuan kompak tersebut. Semakin curam kemiringan lereng maka kecepatan penggelinciran juga semakin cepat. Semakin gembur tumpukan tanah lempung maka semakin mudah tanah tersebut meloloskan air dan semakin cepat air meresap ke dalam tanah. Semakin tebal tumpukan tanah, maka juga semakin besar volume massa tanah yang longsor.
Tanah yang longsor dengan cara demikian umumnya dapat berubah menjadi aliran lumpur yang pada saat longsor sering menimbulkan suara gemuruh. Hujan dapat memicu tanah longsor melalui penambahan beban lereng dan menurunkan kuat geser tanah.  Selanjutnya, menurut Suryolelono (2005), pengaruh hujan dapat terjadi di bagian-bagian lereng yang terbuka akibat aktivitas mahluk hidup terutama berkaitan dengan budaya masyarakat saat ini dalam memanfaatkan alam berkaitan dengan pemanfaatan lahan (tata guna lahan), kurang memperhatikan pola-pola yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penebangan hutan yang seharusnya tidak diperbolehkan tetap saja dilakukan, sehingga lahan-lahan pada kondisi lereng dengan geomorfologi yang sangat miring, menjadi terbuka dan lereng menjadi rawan longsor. Air permukaan yang membuat tanah menjadi basah dan jenuh akan sangat rawan terhadap longsor. Hujan yang tidak terlalu lebat, tetapi berjalan berkepanjangan lebih dari 1 atau 2 hari, akan berpeluang untuk menimbulkan tanah longsor (Soedrajat, 2007). Selanjutnya, (Litbang Departemen Pertanian, 2006) hujan dengan curahan dan intensitas tinggi, misalnya 50 mm yang berlangsung lama (>6 jam) berpotensi menyebabkan longsor, karena pada kondisi tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah.
Ada dua tipe hujan, yaitu tipe hujan deras yang dapat mencapai 70 mm/jam atau lebih dari 100 mm/hari. Tipe hujan deras sangat efektif memicu longsoran pada lereng-lereng yang tanahnya mudah menyerap air, misalnya pada tanah lempung pasiran dan tanah pasir. Sedangkan tipe hujan normal, curah hujan kurang dari 20 mm/hari. Tipe ini dapat menyebabkan longsor pada lereng yang tersusun tanah kedap air apabila hujan berlangsung selama beberapa minggu hingga lebih satu bulan (Anonim, 2007).
6.      Factor geologi
Faktor geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah struktur geologi, sifat batuan, hilangnya perekat tanah karena proses alami (pelarutan), dan gempa. Struktur geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah kontak batuan dasar dengan pelapukan batuan, retakan/rekahan, perlapisan batuan, dan patahan. Zona patahan merupakan zona lemah yang mengakibatkan kekuatan batuan berkurang sehingga menimbulkan banyak retakan yang memudahkan air meresap (Surono,2003).

1 komentar:

  1. Baccarat | Bookmakers, Strategy and Rules | WORRIIL
    Betting 카지노사이트 on Betting. The Baccarat strategy is the idea of picking winners from a series of bets. All players are given equal amounts of 바카라 사이트 odds for 제왕카지노

    BalasHapus