·
Dimana potensi tanah longsor pada
koridor cibadak pelabuhan ratu ?
Sesuai
Pemetaan lokasi rawan longsor diatas bahwa lokasi bencana longsor
terkonsentrasisecara signifikan di wilayah selatan pada jalur pengunungan selatan
(cianjur selatan,
sukabumi, pelabuhan ratu) dan wilayah bagian timur pada jalur bogor . karena
wilayah- wilayah tersebut termasukdalam satuan geomorfologi perbukitan landai
hingga terjal dengan kemiringan lebih besar dari 150 .
menurut Sampurno (1976), dalam hubungannya dengan
kondisi geologi daerah jawa barat, untuk
daerah rawan longsor koridor cibadak pelabuhan ratu yaitu jalur antara
pelabuhan ratu dengan jalur suka bumi yaitu daerah warungciara, disebabkan perbedaan
permeabilitas konsistensi batuan/ tanah dengan batuan dasarnya ; umumnya
terdapat pada batas antara batuan tufa gunung api muda dengan batuan sedimen
tersier
·
Dominasi factor apakah yang cenderung
berpengaruh besar..?
Menurut Lili Soemantri, longsor
disebabkan oleh tiga penyebab utama yaitu:
1. factor
dakhil , penyebab longsor lahan meliputi kedalaman pelapukan batuan, struktur
geologi ( tekhnik dan jenis batuanya), tebal solum tanh, tekstur tanha dan
permabilitas tanah.
2. factor
luardari suatu medan, penyebab longsor dadalah kemiringan lereng, banyaknya
dinding terjal, kerapatan torehan dan penggunaan lahan.
3. factor
pemicu antara lain tebal curah hujan dan gempa bumi serta kondisi vegetasi.
untuk
daerah pelabuhan ratu factor penyebab longsor yang paling dominan yaitu kondisi
geologis, kemiringan lereng dan curah hujan. untuk kondisi geologisnya dan
geomorfologisnya daerah pelabuhan ratu terapit oleh barisan pengunungan
selatan. susunan batuan pada jalur pengununggan selatan didominasi oleh batu
pasir dan batu lempung serta tanah pelapukannya yang merupakan endapan sedimen
marin terangkat, dan kondisi geologis berupa batuan yang lepas – lepas dan
topografi yang landai yaitu dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15 %,
merupakan dua factor yang amat menonjol dalam proses tanah longsor di cibadak
pelabuhan ratu. bilamana hujan turun diatas normal maka kondisi rawan ini
berubah menjadi sangat kritis dan dapat menimbulkan tanah longsor.
·
Bagaimana hubungan pola pemukiman
penduduk terhadap kecendrungan resiko
tanah rawan longsor..?
Hubungan pola pemukiman penduduk
terhadap kecendrungan resiko tanah rawan longsor yaitu : Penelitian mengenai
longsor akan mennghasilkan peta potensi tanah rawan longsor , yang akan menjadi
acuan dinas taata ruang wilayah untuk mennghindari pembangunan di wilayah rawan
longsor, karena akan berdampak buruk. karena pada saat sebelum mendirikan
pemukiman pada lereng pegunungan maka
terlebih dahulu lahan yang tadinya ditutupi oleh vegetasi di babat dan
dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengagalian tanah. yang mana
kesemua jalan itu semakin member jalan terhadap terjadinya longsor.
Ø Mekanisme
longsor
Di
alam, tanah dan batuan umumnya berada dalam keadaan setimbang. Artinya keadaan
distribusi tegangan pada tanah atau batuan tersebut dalam keadaan mantap.
Apabila pada tanah atau batuan tersebut dilakukan kegiatan penggalian,
penimbunan, erosi, atau aktivitas lain, sehingga menyebabkan keseimbangannya
terganggu, maka tanah atau batuan tersebut akan berusaha untuk mencapai
keseimbangan baru dengan cara pengurangan beban dalam bentuk longsoran (Made,
1995). Pembuatan geometri lereng dengan dimensi tertentu yang dilakukan dalam
aktivitas penggalian tambang terbuka adalah merupakan gangguan terhadap
keseimbangan yang bisa menyebabkan terjadinya kelongsoran. Bentuk dari gangguan
tersebut merupakan proses dari gerakan tanah atau batuan mulai dari rayapan
(creep) sampai longsoran (failure) (Made, 1995).
Berikut
mekanisme longsor yang disebabkan oleh beberapa factor :
1. bahan
induk atau factor geologi
factor geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan
tanha adalah struktur geologi,sifat batuan, hilangnya perekat tanah karena
prose salami ( pelarutan ), dan gempa bumi . struktur geologi yang mempengaruhi
terjadinya gerakan tanah adalah kontak batuan dasar dengan pelapukan batuan,
retakan atau rekahan, perlapisan batuan dan patahan. zona patahan merupakan
zona lemah yang mengakibatkan kekuatan batuan berkurang sehingga menimbulkan
banyak retakan yang memudahkan air meresap.
1
|
Fenomena
sebab akibat
|
Meluncurnya tanah pada
lereng dan bebatuan sebgai akibat getaran-getaran yang terjadi secara alami,
perubahan-perubahan secara langsung kandungan air, hilangnya dukungan yang
berdekatan, pengisian beban, pelapukan, atau manipulasi manusia terhadap
jalur-jalur air dan komposisi lereng.
|
2
|
Karakteristik umum
|
Tanah longsor berbeda-beda
dalam tipe gerakannya (jatuh, meluncur, tumbang, menyebar ke samping,
mengalir), dan mungkin pengaruh-pengaruh sekundernya adalah badai yang
kencang, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Tanah longsor lebih menyebar
dibandingkan dengan kejadian geologi lainnya.
|
3
|
Bisa diramalkan
|
Frekuensi kemunculannya,
tingkat, dan konsekuensi dari tanah longsor bisa diperkirakan dan
daerah-daerah yang beresiko tinggi ditetapkan dengan penggunaan informasi
pada area geolog, geomorphologi, hidrologi, & klimatologi dan vegetasi.
|
4
|
Faktor-faktor yang
memberikan kontribusi terhadap kerentanan
|
Tempat tinggal yang
dibangun pada lereng terjal, tanah yang lembek, puncak batu karang.
Tempat hunian yang
dibangun pada dasar lereng yang terjal, pada mulut-mulut sungai dari
lembah-lembah gunung.
Jalan-jalan, jalur-jalur
komunikasi di daerah-daerah pegunungan. Bangunan dengan pondasi lemah.
Jalur-jalur pipa yang
ditanam, pipa-pipa yang mudah patah.
Kurangnya pemahaman akan
bahaya tanah longsor.
|
5
|
Pengaruh-pengaruh umum
yang merugikan
|
Kerusakan fisik- Segala
sesuatu yang berada di atas atau pada jalur tanah longsor akan menderita
kerusakan. Puing-puing bisa menutup jalan-jalan, jalur komunikasi atau
jalan-jalan air. Pengaruh-pengaruh tidak langsung bisa mencakup kerugian
produktifitas pertanian atau lahan-lahan hutan, banjir, berkurangnya nilai
property. Korban –kematian terjadi karena runtuhnya lereng. Luncuran
puing-puing yang hebat atau aliran Lumpur telah membunuh beribu-ribu orang.
|
6
|
Tindakan pengurangan
resiko yang memungkinkan
|
Pemetaan bahaya
Legislasi dan peraturan
penggunaan bahaya
Asuransi
|
2. Struktur
tanah
Jenis tanah sangat menentukan terhadap
potensi erosi dan longsor. Tanah yang gembur karena mudah melalukan air masuk
ke dalam penampang tanah akan lebih berpotensi longsor dibandingkan dengan
tanah yang padat (massive) seperti tanah bertekstur liat (clay).
Hal ini dapat terlihat juga dari kepekaan erosi tanah. Nilai kepekaan erosi
tanah (K) menunjukkan mudah tidaknya tanah mengalami erosi, ditentukan oleh
berbagai sifat fisik dan kimia tanah. Makin kecil nilai K makin tidak peka
suatu tanah terhadap erosi. (Sitorus, 2006). Kedalaman atau solum, tekstur, dan
struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju
penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur
gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke
dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaa.
sebaliknya , pada tanah bersolum dangkal, struktur padat dan penutupan lahan
kurang rapat hanya sebagaian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebagaian
besar menjadi aliran permukaan.
dalam hal kekritisan stabilasasi lereng menurut
saptohartono (2007) pada intensitas hujan yang sama (127,4 mm/jam), tekstur
tanah pasir cenderung lebih cepat mencapai kondisi kritis sekitar 0.023 jam,
dibandingkan tekstur tanha lempung 0,03 jam dan tanah liat sekitar 0,08 jam
setelah terjadi hujan.
Tabel
2. Klasifikasi Kedalaman Tanah
No.
|
Kriteria
|
Nilai
(cm)
|
1
|
Sangat
dangkal
|
<25
|
2
|
Dangkal
|
50-25
|
3
|
Sedang
|
50-90
|
4
|
Dalam
|
>90
|
3. Lereng
Menurut Karnawati (2001), kelerengan
menjadi faktor yang sangat penting dalam proses terjadinya tanah longsor.
Pembagian zona kerentanan sangat terkait dengan kondisi kemiringan lereng.
Kondisi kemiringan lereng lebih 15º perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan
bencana tanah longsor dan tentunya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain
yang mendukung. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan
daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Namun tidak
selalu lereng atau lahan yangmiring berbakat atau berpotensi longsor. potensi
terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah
penyusun lerengnya, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup, dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut.
Lebih jauh Karnawati (2001) menyebutkan terdapat 3
tipologi lereng yang rentan untuk bergerak/ longsor, yaitu :
·
Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah gembur
dialasi oleh batuan atau tanah yang lebih kompak.
·
Lereng yang tersusun oleh pelapisan batuan
miring searah lereng.
·
Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan.
Kemantapan suatu lereng
tergantung kapada gaya penggerak dan gaya penahan yang ada pada lereng
tersebut. Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang berusaha untuk membuat lereng
longsor, sedangkan gaya penahan adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan
lereng tersebut. Jika gaya penahan ini lebih besar daripada gaya penggerak,
maka lereng tersebut tidak akan mengalami gangguan atau berarti lereng tersebut
mantap (Das, 1993; Notosiswojo dan Projosumarto, 1984 dalam Mustafril, 2003).
4. Vegetasi
Menurut Sitorus (2006), vegetasai
berpengaruh terhadap aliran permukaan, erosi, dan longsor melalui (1)
Intersepsi hujan oleh tajuk vegetasi/tanaman, (2) Batang mengurangi kecepatan
aliran permukaan dan kanopi mengurangi kekuatan merusak butir hujan, (3) Akar
meningkatkan stabilitas struktur tanah dan pergerakan tanah, (4) Transpirasi
mengakibatkan kandungan air tanah berkurang. Keseluruhan hal ini dapat mencegah
dan mengurangi terjadinya erosi dan longsor.
Tanaman mampu menahan air hujan agar
tidak merembes untuk sementara, sehingga bila dikombinasikan dengan saluran
drainase dapat mencegah penjenuhan material lereng dan erosi buluh (Rusli,
2007).
Selanjutnya menurut Rusli (1997),
keberadaan vegetasi juga mencegah erosi dan pelapukan lebih lanjut batuan lereng,
sehingga lereng tidak bertambah labil. Dalam batasan tertentu, akar tanaman
juga mampu membantu kestabilan lereng. Namun, terdapat fungsi-fungsi yang tidak
dapat dilakukan sendiri oleh tanaman dalam mencegah longsor.
5. Hujan
Karnawati (2003) menyatakan salah satu
faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor adalah air hujan. Air hujan
yang telah meresap ke dalam tanah lempung pada lereng akan tertahan oleh batuan
yang lebih kompak dan lebih kedap air. Derasnya hujan mengakibatkan air yang
tertahan semakin meningkatkan debit dan volumenya dan akibatnya air dalam
lereng ini semakin menekan butiran-butiran tanah dan mendorong tanah lempung
pasiran untuk bergerak longsor. Batuan yang kompak dan kedap air berperan
sebagai penahan air dan sekaligus sebagai bidang gelincir longsoran, sedangkan
air berperan sebagai penggerak massa tanah yang tergelincir di atas batuan
kompak tersebut. Semakin curam kemiringan lereng maka kecepatan penggelinciran
juga semakin cepat. Semakin gembur tumpukan tanah lempung maka semakin mudah
tanah tersebut meloloskan air dan semakin cepat air meresap ke dalam tanah.
Semakin tebal tumpukan tanah, maka juga semakin besar volume massa tanah yang
longsor.
Tanah yang longsor dengan cara demikian
umumnya dapat berubah menjadi aliran lumpur yang pada saat longsor sering
menimbulkan suara gemuruh. Hujan dapat memicu tanah longsor melalui penambahan
beban lereng dan menurunkan kuat geser tanah.
Selanjutnya, menurut Suryolelono (2005), pengaruh hujan dapat terjadi di
bagian-bagian lereng yang terbuka akibat aktivitas mahluk hidup terutama
berkaitan dengan budaya masyarakat saat ini dalam memanfaatkan alam berkaitan
dengan pemanfaatan lahan (tata guna lahan), kurang memperhatikan pola-pola yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penebangan hutan yang seharusnya tidak
diperbolehkan tetap saja dilakukan, sehingga lahan-lahan pada kondisi lereng
dengan geomorfologi yang sangat miring, menjadi terbuka dan lereng menjadi
rawan longsor. Air permukaan yang membuat tanah menjadi basah dan jenuh akan sangat
rawan terhadap longsor. Hujan yang tidak terlalu lebat, tetapi berjalan
berkepanjangan lebih dari 1 atau 2 hari, akan berpeluang untuk menimbulkan
tanah longsor (Soedrajat, 2007). Selanjutnya, (Litbang Departemen Pertanian,
2006) hujan dengan curahan dan intensitas tinggi, misalnya 50 mm yang
berlangsung lama (>6 jam) berpotensi menyebabkan longsor, karena pada
kondisi tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan
massa tanah.
Ada dua tipe hujan, yaitu tipe hujan
deras yang dapat mencapai 70 mm/jam atau lebih dari 100 mm/hari. Tipe hujan
deras sangat efektif memicu longsoran pada lereng-lereng yang tanahnya mudah
menyerap air, misalnya pada tanah lempung pasiran dan tanah pasir. Sedangkan
tipe hujan normal, curah hujan kurang dari 20 mm/hari. Tipe ini dapat
menyebabkan longsor pada lereng yang tersusun tanah kedap air apabila hujan
berlangsung selama beberapa minggu hingga lebih satu bulan (Anonim, 2007).
6. Factor
geologi
Faktor geologi yang
mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah struktur geologi, sifat batuan,
hilangnya perekat tanah karena proses alami (pelarutan), dan gempa. Struktur
geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah kontak batuan dasar
dengan pelapukan batuan, retakan/rekahan, perlapisan batuan, dan patahan. Zona
patahan merupakan zona lemah yang mengakibatkan kekuatan batuan berkurang
sehingga menimbulkan banyak retakan yang memudahkan air meresap (Surono,2003).
Baccarat | Bookmakers, Strategy and Rules | WORRIIL
BalasHapusBetting 카지노사이트 on Betting. The Baccarat strategy is the idea of picking winners from a series of bets. All players are given equal amounts of 바카라 사이트 odds for 제왕카지노